Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Metode “Keras”, Apakah Manjur ?


Guru - Metode “Keras”, Apakah Manjur ?

Menciptakan seorang siswa yang berprestasi memang bukanlah hal mudah bagi seorang guru. Terlalu kompleks masalah yang dihadapi guru dalam mencetak siswa-siswa unggul dan berprestasi. 

Entah siswanya yang males, siswa yang memang diberi keterbatasan otak ataupun berbagai masalah lainnya di dalam dunia pendidikan. Nah, Untuk mengatasi masalah itu, tentunya setiap guru harus memiliki metode pengajaran yang tepat.

Sekarang ini di sekolah-sekolah umum atau bahkan di sekolah bertaraf internasional pun masih banyak ditemukan guru-guru dengan metode pengajaran yang monoton. Fasilitas yang lengkap serta sarana prasarana yang memadai tidak bisa sepenuhnya menunjang prestasi siswa. 

Pengajaran dengan metode monoton seperti inilah yang membuat siswa jadi jenuh dan malas dalam belajar. Guru datang - siswa duduk manis, guru menerangkan di depan - siswa mendengarkan, guru tetap saja berbicara panjang lebar dan akhirnya siswa mengantuk. Akibatnya, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Semua yang diajarkan oleh sang guru hanya angin lalu dan tidak masuk di otak.

Berbeda dengan metode pengajaran jaman dulu. Para guru mendidik siswanya dengan keras. Mereka memberikan hukuman keras kepada siswa yang ketahuan mencontek ataupun tidak mengerjakan PR. Sehingga mereka terdidik dengan baik. 

Bandingkan dengan sekarang, apakah siswa takut kalau tidak mengerjakan PR ? tidak, mereka tidak takut karena tidak semua guru memberikan hukuman yang berat kepada mereka yang tidak mengerjakan PR. Paling-paling guru cuma bilang “yaa sudah, lain kali jangan diulangi lagi ya..”. Sungguh, ini merupakan satu sikap toleransi yang salah tempat. 

Contoh lain waktu ulangan Sobat Blogger, apakah semua guru menindak tegas ketika ada murid yang mencontek ? tidak semuanya Sobat Blogger, mereka hanya melihat murid-murid yang mencontek selama beberapa detik saja lalu mengalihkan pandangan kembali.

Sepertinya metode pengajaran yang terlalu monoton, dan penuh “toleransi” ini menjadikan siswa tidak respect terhadap gurunya. Tidak seperti guru jaman dulu, ketika guru masuk kelas semua siswa diam dan duduk manis karena takut dimarahi. 

Siswa-siswa jaman dahulu respect terhadap gurunya karena metode pengajaran sang guru yang keras. Ini membuktikan bahwa metode pengajaran yang keras memiliki andil besar dalam membentuk karakter seorang siswa.

Contoh lain di bidang akademik misalnya, apakah dengan pembelajaran monoton dari guru jaman sekarang ini dapat menunjang prestasi akademik siswa yang diajarnya ? lha wong, waktu dijelaskan masuk kuping kiri, keluar kuping kanan kok. 

Berbeda dengan metode keras yang dilakukan guru jaman dahulu. Guru Matematikaku pernah cerita, dulu ketika waktu pelajaran di kelas tidak santai seperti sekarang ini, dulu belajarnya keras, kalau ada siswa yang tidak bisa, disuruh maju ke depan dan disuruh mengerjakan soal. Jelas sang siswa tidak bisa menjawab, kan waktu dipanggil tadi statusnya sebagai “siswa yang tidak bisa”. Lantas sang guru bertanya kepada siswa tersebut, berasal dari keluarga manakah si siswa tadi, apakah kaya atau miskin. Si siswa menjawab malu-malu kalau ia berasal dari keluarga miskin. Akhirnya guru itu pun nyeletuk “udah miskin, Goblok (bodoh) lagi !!”

Olokan keras yang diberikan sang guru kepada siswanya tadi bukan dimaksudkan untuk memaki, melainkan untuk menambah motivasinya dalam belajar sehingga bisa menguasai materi. Dengan olokan itu, siswa akan memiliki keinginan kuat untuk berubah agar dirinya tidak diolok-olok seperti itu lagi di depan teman-temannya. Buktinya, banyak kok orang-orang sukses hasil didikan guru model ini.

Kesimpulannya, metode yang dilakukan guru dalam mendidik siswa-siswanya memang sangat berpengaruh terhadap kualitas seorang siswa. Metode-metode yang sekiranya membuat siswa jenuh dan tidak bersemangat semestinya bisa diganti dengan metode-metode lain yang lebih menarik siswa. 

Metode “keras” mungkin bisa dijadikan sebagai salah satu referensi metode itu. Tetapi metode "keras" yang sewajarnya dan tidak melampaui batas. Atau bisa juga menggunakan metode-metode lain yang lebih cocok dengan kehidupan sekarang ini jika tidak mau menggunakan metode “keras” yang dianggap kuno.

Faktanya, memang tidak semua guru jaman sekarang mengajar dengan gaya yang monoton dan membuat siswa bosan. Banyak juga kok guru yang kreatif yang berhasil mencetak anak didik yang berprestasi. 

Namun, tulisan ini ditulis berdasarkan fakta yang terjadi di sekolahku dan beberapa sekolah lain yang memang kebanyakan gurunya mengajar secara monoton. Selain itu, tulisan ini juga buah dari kata-kata guruku tentang kehebatan guru jaman dahulu mendidik putra-putrinya.

Akhir kata nih, aku mohon maaf kepada Sobat Blogger apabila ada kata yang kurang berkenan di hati. Dan kalau ada yang kurang setuju dengan pendapatku, bisa menumpahkan pendapatnya di komentar bawah. And last, menurut Sobat Blogger,  Metode “Keras”,Apakah Manjur ?

2 comments for "Metode “Keras”, Apakah Manjur ?"

  1. wahh..susah gan kalo guru monoton gak bakal jadi siswanya...harusnya guru memiliki metode belajar yg asyik agar siswanya gak jenuh... kalo siswanya jenuh otomatis ocehan guru di depan gak bakal dimengerti toh malah jadi sia-sia kan??

    ReplyDelete