Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ayah… Aku Jatuh Cinta, Apa yang Harus Kulakukan?

Di suatu sore yang indah seorang pemuda sedang asyik mengobrol dengan Ayahnya.

Setelah ngobrol lama ngalor-ngidul, si pemuda akhirnya sampai ke topik tujuan mengapa ia mengobrol dengan ayahnya.

“ehm..yah sebenernyaaa..aku sedang naksir seseorang, aku sedang jatuh cinta yah..tapi aku binggung aku harus ngapain? Aku belum mampu menikah dan pacaran dilarang oleh agama kita” tanya si pemuda serius.

“weleh..weleh..anak ayah sudah besar yaa, sudah bisa jatuh cinta..” jawab sang ayah menggoda.

“Ayaaaah..serius dong! Malu tauk nanya beginian” si pemuda menimpali ayahnya dengan sebal.

“wkwkwk, ululuuh gitu aja ngambek, iya-iya ayah jawab..ayah juga pernah muda seperti kamu kok, ayah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta.” Jawab sang ayah sambil melirik istrinya yang sedang menyapu halaman.

“terus kalau sedang jatuh cinta, aku harus ngapain yah?” tanya si pemuda tak sabar.

“nih ada nasehat bagus dari penulis terkenal tere liye tentang permasalahan yang kamu hadapi nak” timpal sang ayah sambil membuka notes di handphonenya.

“udah kamu baca aja nih notesnya.. ayah males jelasin satu-satu ke kamu, kasian juga penulis blog ini, bisa pegel dia bikin dialog kita satu-satu” lanjut sang ayah yang di respon gembira penulis blog ini (baca:saya sendiri wkwk)

“ah gamasalah yaaah.. sini-sini manaaa notesnya? Aku mau baca..” si pemuda langsung merebut handphone ayahnya dan membaca notes tersebut.

Ayah… Aku Jatuh Cinta, Apa yang Harus Kulakukan?
Isi notes itu adalah...

1. Jatuh cinta itu manusiawi. Urusan perasaan, urusan membolak-balik hati itu adalah milik Allah.

Boleh jatuh cinta? Ya boleh, tidak ada ulama dari mazhab manapun yang melarang jatuh cinta kepada seseorang. Apalagi, aduhai, seperti terjatuh, kita tidak pernah tahu kapan jatuh cinta itu terjadi. Tiba-tiba perasaan itu sudah mekar tak berbilang.

2. Lantas, kalau kalian jatuh cinta, so what?

Nah, ini bagian yg menariknya.

Kalian mau menyatakan perasaan itu? Lantas so what? Kalian mau dekat2 dengan seseorang itu? Kalian mau telpon2an, tahu dia sedang apa, apakah bisulnya sudah sembuh, apakah panunya tidak melebar?

Kebanyakan di usia remaja, hingga 20-an something, kemudiannya ini yg tidak jelas. Pacaran? Tidak pacaran? Langsung menikah?

3. Ketahuilah, kita hidup dalam norma2, nilai2, batasan2 yg harus dihormati. Kecuali kalau kalian menolak norma2, nilai2, batasan2 tersebut, silahkan (dan berhenti sudah meneruskan membaca notes ini, karena kalian sudah tidak se-zona waktu lagi dengan tulisan ini).

Itu benar, memiliki perasaan itu kadang serba salah, makan tak enak, tidur tak enak. Itu benar, ada keinginan untuk tahu apakah seseorang itu balik menyukai, keinginan untuk bilang, cemas nanti dia digaet orang.

Tapi kalau hanya ini argumen kalian, oh dear, orang2 sakau, ngobat, lebih tersiksa lagi saat dipisahkan dari hobinya tersebut. Mereka bisa mencakar2, bahkan melukai diri sendiri hingga begitu mengenaskan dan (maaf) is dead.

Saya rasa, seingin apapun kalian jumpa dia, paling cuma nangis, tidak akan mati. Itulah kenapa hidup kita ini punya peraturan, agar semua orang bisa punya pegangan, selamat dari merusak dirinya sendiri.

Saya tidak akan menggunakan dalil2 agama dalam notes ini--karena orang2 yang pacaran, kadang risih mendengarnya. Jadi kita sama2 kuat, saya pakai logika kalian saja.

4. Tapi saya harus bilang agar lega, bagaimana dong?

Ya silahkan saja kalau mau bilang. Tapi camkan ini baik2, cinta sejati adalah melepaskan. Catat itu baik2, tanyakan pada pujangga kelas dunia, hingga pujangga amatiran narsis tere liye, hampir semua bersepakat, cinta sejati adalah melepaskan, lepaskan dia jauh2, maka kalau memang berjodoh, skenario menakjubkan akan terjadi. 

Jadi? Kalau kalian belum jelas so what-nya, lantas kemudian mau apa setelah bilang, maka mending ditahan, disimpan dalam hati. Tuhan itu mendengar, bahkan desah tersembunyi anak manusia di pojok kamar paling gelap, paling sudut, di salah-satu kampung paling terpencil, paling jauh dari peradaban, paling tidak ada aksesnya.

Jodoh itu misteri. Kalau nggak pakai usaha, nanti nggak dapat, gimana dong?

Tentu saja usaha, tapi bukan dengan pacaran. Usaha terbaik mencari jodoh adalah: dengan terus memperbaiki diri.

Nggak paham, kok malah aneh, malah disuruh memperbaiki diri.

Ya itulah, dalam banyak hal, kalau kita nggak nyambung, memang nggak ngerti. Misalnya, banyak orang yang mikir kalau mau dapat ikan itu harus mancing di sungai. Padahal sebenarnya sih, kalau mau ikan, ya tinggal pergi ke pasar ikan. Lebih tinggi kemungkinan dapat ikannya--asumsinya punya uang.

5. Tapi apa salahnya pacaran? Boleh2 saja dong? Saya justeru merasa lebih semangat, lebih kreatif, lebih apa gitu setelah pacaran?

Nah itu dia, kalian benar2 menyimpan bom waktu jika meyakini pacaran itu memberikan energi positif. Pacaran itu bentuk hubungan, dan sebagaimana sebuah bentuk hubungan antar manusia, posisinya rentan rusak, gagal, dan binasa.

Boleh jadi betul, riset canggih akademik membuktikan orang2 pacaran bisa memperoleh motivasi baik, tapi saya, tidak akan memilih menggunakan 'pacaran' sebagai sumber energi, mengingat sifatnya yang temporer sekali.

Mending saya milih kekuatan bulan, jelas2 bulan itu sudah ada milyaran tahun, pacaran paling mentok hitungan jari tangan bertahannya.

6. Baik, baik, lantas kalau tidak boleh pacaran, gimana dong?

Kongkretnya apa yang harus saya lakukan?

jawabannya mudah: Tidak ada yg perlu dilakukan.

jatuh cinta, alhamdulillah, itu berarti tanda kita normal. lantas? Biarkan saja.

Sibukkan diri sendiri dengan hal2 positif, isi waktu bersama teman2, keluarga. Belajar banyak hal, mempersiapkan banyak hal. Hanya itu. Nggak seru, dong? Lah, memangnya kalau pacaran seru? Paling juga cuma nonton ke manalah, pergi kemanalah.

Pacaran itu seolah seru, karena dunia telah menjadi etalase industri entertainment. Pesohor2 menjadi teladan--padahal akal sehat siapapun tahu itu bahkan rendah sekali nilainya. Dari jaman batu, hingga kelak dunia ini game over, pegang kata2 saya: menghabiskan waktu bersama orang tua, kakak, adik, teman2 terbaik selalu paling seru. Apalagi jika ditambah dengan terus belajar, produktif, dsbgnya.

7. Lantas bagaimana saya melewati masa2 galau ini?

Lewati seperti kebanyakan remaja lainnya. Lurus. Boleh kalau kalian mau menulis diary tentang perasaan2 kalian (btw, saya udah coba dan lucu banget kalau lihat tulisan diary saya 3 tahun kebelakang, wkwk).

Boleh galau menatap langit2 kamar. Boleh cerita2 curhat sama teman dekat dan orang tua. Boleh, tapi ingatlah selalu perasaan itu punya kehormatan.

Saya tahu, istilah menjaga kehormatan perasaan ini boleh jadi susah dipahami, tapi itu nyata, orang2 yang bisa menjaga perasaannya, maka se-galau apapun dia, sesengsara apapun dia menanggung semua perasaan, besok lusa, kemungkinan untuk tiba di ujungnya dengan selamat akan lebih besar.

Jangan coba2 berdua2an, jangan coba2 pergi kemanalah hanya berdua, bergandengan tangan, dsbgnya. Itu benar2 menghabisi kehormatan kalian.

8. Nah, bersabarlah. Tunggu hingga kalian memang telah siap.

Jika sudah yakin, silahkan kirim sinyal2, menyatakan perasaan, lantas silahkan libatkan orang tua.

Btw (masih ngeyel), tapi banyak juga orang2 yang menikah tanpa pacaran bercerai, kok. Dan sebaliknya, orang2 yang pacaran malah langgeng? Itu benar.

Sama benarnya dengan banyak orang2 yang mabuk2an, ngobat, tetap saja umurnya panjang. Eh, ada tetangga, alimnya ampun2an, malah meninggal lebih dulu. Harusnya kan kalau mereka melanggar peraturan, langsung ada petir menyambar.

Menikah, membina keluarga, langgeng atau tidak, bahagia atau tidak, boleh jadi tidak ada korelasinya dengan pacaran atau tidak.

Kita mungkin tidak pernah tahu misteri ini, tapi dengan menjalani prosesnya dengan baik, mengakhirinya dengan baik, semoga fase berikutnya berjalan dengan baik.

9. Sungguh jangan habiskan masa muda kalian yang cemerlang hanya sibuk mengurus perasaan.

Masa muda itu sangat penting, lebih baik habiskan untuk sekolah, belajar, dan semua kegiatan yang akan bermanfaat bagi masa depan kalian.

Termasuk jangan lupa, ada keluarga, ada teman2 terbaik loh, bukan cuma pacar. Kalian mungkin tidak bisa melihatnya sekarang, tapi 20-30 tahun lagi, kalian akan ngeh sekali nasehat ini.

Orang2 yang dulu sibuk pacaran, sibuk gaul, memang terlihat keren dan hebat, tapi saat usia mereka melesat 40, 50, situasinya akan berbalik arah.
Pikirkanlah. 

*Tere Liye

***

“Ini yah, aku sudah selesai” si pemuda menutup notes di handphone ayahnya.

“Jadi, sekarang udah tau belum kamu musti ngapain kalau jatuh cinta?” tanya sang ayah penasaran.

“udaah yah, aku udah tau kok! terimakasih yaa udah dikasih lihat notesnya..” jawab si pemuda sambil tersenyum sembari meninggalkan halaman rumah dan masuk ke kamar.

“semoga kisah cintamu menyenangkan nak, seperti kisah cinta ayah dan bundamu dulu” sang ayah berkata dalam hati sambil memandangi wajah istrinya dari kejauhan.

Ah..sore yang syahdu..

Post a Comment for "Ayah… Aku Jatuh Cinta, Apa yang Harus Kulakukan?"