Mobil Nasional Hanya Soal Waktu
Kiat Esemka |
Kiat Esemka memang sudah bukan menjadi hal yang baru ditelinga kita.
Mobil ini menjadi begitu terkenal setelah Wali Kota Solo Joko Widodo
menjadikannya mobil dinas. Namun, yang spesial dari mobil ini terletak pada sang
pembuatnya, yaitu anak-anak SMK di Solo, luar biasa bukan ?
Isu mobil nasional pun mendadak merebak. Sejumlah kalangan
menilai, langkah Jokowi –panggilan akrab Joko Widodo- itu merupakan pemicu kebangkitan
mobil nasional. Beberapa pihak pun langsung angkat bicara mengenai isu
tersebut.
Menteri Negara Koperasi dan UKM Syarif Hasan, misalnya. Dia
mendukung agar mobil itu bisa diproduksi masal, sehingga Indonesia punya mobil
nasional.
Lain halnya dengan Menteri perindustrian M.S Hidayat, Ia sebenernya sih mendukung Kiat Esemka menjadi produk masal, Tetapi harus bisa lolos uji standarisasi dari pemerintah.
Lain halnya dengan Menteri perindustrian M.S Hidayat, Ia sebenernya sih mendukung Kiat Esemka menjadi produk masal, Tetapi harus bisa lolos uji standarisasi dari pemerintah.
Sobat Blogger, Kiat Esemka sebenarnya bukan mobil pertama
yang dirakit generasi muda Indonesia loh. Sebelumnya sudah ada Komodo, Tawon,
Gea, Marlip, Maleo, dan Wakaba. Tapi, sayangnya, mobil-mobil karya anak bangsa
itu ngga mendapat perhatian lebih.
Buktinya, dalam ajang pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011 lalu, mereka cuma menempati stan kecil, di pojokan lagi, haha. Lalu, apakah dengan banyak orang yang memesan, ingin memiliki, dan memakai Kiat Esemka bisa menjadikan Kiat Esemka sebagai mobil nasional yang dibanggakan dan bisa diproduksi secara masal?
Buktinya, dalam ajang pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011 lalu, mereka cuma menempati stan kecil, di pojokan lagi, haha. Lalu, apakah dengan banyak orang yang memesan, ingin memiliki, dan memakai Kiat Esemka bisa menjadikan Kiat Esemka sebagai mobil nasional yang dibanggakan dan bisa diproduksi secara masal?
Mobil Tawon |
Daripada memikirkan pro-kontra yang ada di dalam negeri,
ngga ada salahnya kan kita melihat dan belajar dari negara lain yang sudah
berhasil mewujudkan kendaran roda empat yang dibuat secara nasional, yakni
Malaysia dan India. Ternyata eh ternyata, kedua negara tersebut memiliki garis
cerita yang mirip, merintis ternyata jauh lebih mudah ketimbang
mempertahankannya.
Sebut saja Proton, sebagai bendera mobil nasional di
Malaysia, Proton kini sedang didera krisis. Kinerja keuangan Proton terjun
bebas dengan laba hanya sekitar Rp 13,2 miliar untuk tiga bulan terakhir di 30
juni 2011. Itu kalah jauh dari periode sebelumnya yang bisa mencapai Rp 243,8
miliar.
The Economist dalam Automotive Briefing & Forecast The
Economist Intelligence Unit menilai, bahwa kesalahan terbesar proton adalah
monoton, ngga banyak melakukan inovasi. Produk-produk buatan Proton terkesan
kuno dan tertinggal oleh standar produsen-produsen lain seperti Toyota, Honda
dan Daihatsu.
Proton juga ngga punya pasar ekspor yang besar. Produk asal
negeri jiran itu ngga bisa berkembang jika hanya mengandalkan pasar Malaysia.
Untung, Pabrik mobil sport Lotus mengakuisisinya sehingga Proton dapat sedikit
tertolong. Pabrik asal Inggris tersebut bisa digunakan untuk mengawinkan
kendaraan serbaguna (MPV) milik mereka, pada 2009 lalu sehingga laba proton
ngga anjlok-anjlok amat.
Proton Exora |
Lain ladang lain belalang, lain Malaysia lain pula India.
India lebih memilih menggandeng swasta nasional, Tata Group, untuk mewujudkan
megaproyek mobil supermurah Tata Nano.
Namun, mobil termurah di dunia yang diproduksi di Sanand, Gujarat itu tidak luput dari masalah. Banyak dari mobil itu yang terbakar sehingga pesanan pun meredup. Orang-orang mulai cemas dengan keamananan Tata Nano, sehingga penjualan pun anjlok.
Hingga akhirnya, Nano ditinggalkan oleh kaum atas karena kurang berkualitas dan dihindari kaum bawah karena harga yang semakin meningkat tanpa adanya perbaikan.
Namun, mobil termurah di dunia yang diproduksi di Sanand, Gujarat itu tidak luput dari masalah. Banyak dari mobil itu yang terbakar sehingga pesanan pun meredup. Orang-orang mulai cemas dengan keamananan Tata Nano, sehingga penjualan pun anjlok.
Hingga akhirnya, Nano ditinggalkan oleh kaum atas karena kurang berkualitas dan dihindari kaum bawah karena harga yang semakin meningkat tanpa adanya perbaikan.
Tata Nano |
Nah, dari kejadian di India dan Malaysia tersebut, bisa
dibayangkan bahwa proyek mobil nasional itu bukan hanya sekedar masalah
kesedian para pejabat menjadikannya mobil dinas, melainkan butuh berbagai
persiapan. Mulai soal teknologi, fasilitas produksi hingga pasar.
Untuk teknologi, pemerintah ataupun swasta yang ditunjuk
harus punya teknologi dan desain orisinal. Pemerintah juga harus punya prototipe
yang udah diujicoba sesuai dengan standar yang berlaku. Well, mobil nasional
hanya masalah waktu, cepat atau lambat pasti segera kita miliki.
Post a Comment for "Mobil Nasional Hanya Soal Waktu"
Terima kasih telah berkomentar yang baik, karena KOMENTAR atau KATA-KATA itu mencerminkan PRIBADI seseorang